Oleh : Indra Suherman, S.HI, M.Ag
(Kepala KUA Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam)
Rasulullah Muhammad Saw sebagai pembawa risalah kenabian yang diutus oleh Allah Swt untuk umat manusia seluruh alam, senantiasa mestilah menjadi idola dan contoh teladan dalam mengarungi kehidupan ini. Semua perilaku yang beliau lakukan mulai dari bagaimana ia memimpin negara Madinah, memimpin keluarganya bahkan memimpin peribadinya sendiri dapat kita lihat di dalam al Qur’an dan hadis-hadis yang beliau tinggalkan. Sekarang tinggal sejauh mana kita mau dan belajar sungguh-sungguh mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Salah satu gambaran kepemimpinan Rasulullah Saw. tersebut dapat kita lihat di dalam al Qur’an surat Ali Imran ayat 159 :
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Melihat kepada ayat di atas, setidaknya ada 5 macam ciri kepemimpinan yang dimiliki oleh Rasulullah Saw yang membawa keberhasilannya dalam memimpin dunia dan umatnya. Di antara kelima hal tersebut antara lain :
1. Selalu berlaku lemah lembut
Lemah lembut adalah salah satu ciri khas kepemimpina Rasulullah Saw. Ia tidak keras dan tidak berhati kasar. Sikap seperti ini sangat didambakan oleh umatnya waktu itu. Dan dengan sikap ini pula tak sedikit orang-orang kafir yang pada awalnya membenci beliau akhirnya sadar bahkan menyatakan ke-Islamannya dengan dua kalimat syahadah.
Maka perlulah sikap ini kita tauladani dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentu menginginkan banyak orang senang dengan kita, maka salah satu caranya adalah dengan meniru sikap lemah lembut yang pernah diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Saw.
2. Mau memaafkan kesalahan orang lain
Rasulullah Muhammad Saw adalah orang yang paling cepat memaafkan kesalahan orang lain, baik diminta ataupun tidak diminta kepadanya. Tidak ada rasa dendam bagi beliau walau sebesar apapun kesalahan umatnya. Dilempari dengan tahi ontapun beliau senantiasa memaafkan, demikian hebatnya perilaku beliau.
Sebenarnya, tidak ada persoalan yang tidak bisa dimaafkan dalam Islam, kecuali hal-hal yang dengan pemberian maaf tersebut bertentangan dengan ketentuan syariat. Islam tidak mengenal istilah “Tiada maaf bagimu” sebab Allah SWT sendiri dengan sifat kepemaafan-Nya dapat memberikan ampunan kepada hamba-Nya walau betapapun besarnya dosa yang telah dilakukan (kecuali dosa syirik). Pemaaf adalah sifat mulia yang diajarkan oleh Rasululaah Saw. Sifat pemaaf ini akan mendekatkan kita kepada taqwa di sisi Allah Swt sebagaimana firman Nya pada qur’an surat Al Baqarah ayat 237 :
bÎ)ur £`èdqßJçFø)¯=sÛ `ÏB È@ö6s% br& £`èdq¡yJs? ôs%ur óOçFôÊtsù £`çlm; ZpÒÌsù ß#óÁÏYsù $tB ÷LäêôÊtsù HwÎ) br& cqàÿ÷èt
÷rr& (#uqàÿ÷èt Ï%©!$# ¾ÍnÏuÎ/ äoyø)ãã Çy%s3ÏiZ9$# 4 br&ur (#þqàÿ÷ès? ÛUtø%r& 3uqø)G=Ï9 4 wur (#âq|¡Ys? @ôÒxÿø9$# öNä3uZ÷t/ 4 ¨bÎ) ©!$# $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? îÅÁt/ ÇËÌÐÈ
237. jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah[151], dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan.
[151] Ialah suami atau wali. kalau Wali mema'afkan, Maka suami dibebaskan dari membayar mahar yang seperdua, sedang kalau suami yang mema'afkan, Maka Dia membayar seluruh mahar.
3. Mendoakan / memohonkan ampun untuk orang lain
Rasulullah Saw juga senantiasa selalu mendoakan dan memohonkan ampunan akan umatnya. Apatah lagi umatnya yang belum mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah Swt. Sifat ini tentunya sangat baik untuk kita tauladani sebagai dasar kepemimpinan pribadi kita. Di antara sesama kita dianjurkan untuk saling mendo’akan, apakah do’a kepada kehidupan yang lebih baik, do’a menuju dan menggapai hidayah Allah Swt, do’a mendapat rezki yang halal lagi baik, do’a agar saudara kita bertemu dengan jodohnya, atau do’a agar saudara kita berhasil dalam pekerjaannya , pendidikan, dan lain sebagainya.
Orang-orang yang senantiasa berdo’a, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya atau orang lain, pertanda dia mengakui kebesaran Allah Swt, dialah orang-orang yang sholeh yang paham bahwa dalam hidup ini manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa butuh pertolongan dari Zat Yang Maha Kuasa dan Perkasa yakni Allah Swt. Alangkah indahnya pergaulan manusia, baik dalam keluarga, bertetangga, bermasyarakat yang dalam kehidupan saling mendo’akan, dan dari sinilah akan datang perlindungan, pertolongan dan redha Allah SWT.
4. Mau bermusyawarah dalam segala urusan
Sebagai pemimpin bagi umatnya, Rasulullah Saw senantiasa juga membiasakan diri untuk bermusyawarah, baik dalam persoalan agama atau urusan keduniaan. Dengan biasa bermusyawarah kita akan dapat menyelesaikan persoalan ini dengan baik dan mudah. Sebagai manusia yang tidak sempurna, kita tidak bisa menyelesaikan persoalan dengan sendiri, kita memerlukan ide-ide dan masukan dari orang lain sebagai sahabat kita. Maka selayaknyalah ciri kepemimpinan yang diajarkan Rasulullah Saw ini kita tauladani dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bertawakkal kepada Allah Swt.
Terakhir, sesuai dengan ayat ini, sifat Rasulullah Saw sebagai ciri kepemimpinannya yang mesti kita tauladani adalah senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt setelah melakukan ikhtiar atau usaha yang maksimal dalam suatu persoalan. Semua keputusan diserahkan secara bulat kepada Allah Swt. Kita harus memahami bahwa semua usaha yang kita lakukan akan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sebagai manusia yang dhaif, kita hanya sebatas berusaha dan segala ketetapan atau keputusan harus diyakini merupakan kehendak dari Yang Maha Kuasa. Apapun yang diberikan oleh Allah Swt itulah keputusan terbaik dan kita harus siap menerima dengan segala keikhlasan hati.
Inilah setidaknya 5 ciri kepemimpinan yang dimiliki oleh Rasulullah Muhammad Saw yang mesti menjadi tauladan bagi kita dalam kehidupan ini. Dimulai dari lemah lembut, ikhlas memaafkan kesalahan orang lain, mau mendoakan, mau bermusyawarah dan selalu bertawakkal setelah berusaha. Hal ini akan menjadi modal dasar bagi kita dalam menjadi pemimpin terutama mpmimpin bagi diri kita sendiri. Tidak ada pemimpin yang besar jika ia tidak bisa memimpin dirinya sendiri dan keluarganya. Nafsu dan ambisi saja tidak cukup memodali kepemimpinan seseorang tanpa dihiasi dengan sifat-sifat mulia seperti yang pernah dipraktekkan oleh nabi kita Rasulullah Muhammad Saw. Dalam kehidupannya. Wallahu a’lam..!