Oleh : Indra Suherman, S.HI, M.Ag
(Kepala KUA Kecamatan Ampek Nagari Kab. Agam)
Sifat rendah hati atau yang disebut juga dengan Tawadhu’ merupakan salah satu sifat mulia orang-orang sholeh. Dengan tawadhu’ seseorang akan merendahkan dirinya ketika beribadah kepada Allah Swt dan senantiasa merendahkan hatinya di hadapan orang lain, baik ketika bertemu, bertegur sapa, bertransaksi muamalah, berjanji dan sebagainya. Ia tidak suka dipuji oleh orang lain dan tidak merasa kecewa apabila dicela, sebab dalam hatinya sudah tertanam iman dan taqwa bahwa yang mengetahui keadaan dirinya dan isi hatinya hanyalah Allah Swt semata.
Sifat rendah hati ini sangat berlawanan dengan salah satu sifat yang bernama sombong atau takabur. Orang sombong akan senantiasa mengagumi dan memuji dirinya sendiri, membanggakan dirinya dan membesar-besarkannya kepada orang lain. Dan yang paling berbahaya dari seorang yang sombong adalah tidak mengakui kebesaran nikmat Allah Swt. Ia menganggap bahwa semua nikmat yang telah diperolehnya tersebut semata-mata merupakan sebab kepintaran dan hasil keringatnya sendiri. Ia mendapatkan kekayaan dari usaha dagang karena kepintarannya dalam mempraktekkan teori ekonomi, pintarnya mencari konsumen, dan sebagainya. Sifat ini hanyalah dimiliki oleh Syetan dan sangat dibenci oleh Allah Swt.
Banyak celah yang dimanfaatkan oleh syetan agar manusia melakukan kesombongan dalam gaya hidupnya. Apakan itu keturunan, bentuk rupa, harta, pangkat dan jabatan, dan sebagainya. Padahal yang berhak memiliki sifat sombong itu hanyalah Allah Swt. “Allah al Mutakabbir”. Karena Ia lah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya dan Ia jualah yang mempunyai kekuasaan mutlak terhadap langit dan bumi beserta isinya tersebut. Manusia tidak pantas untuk menyombongkan dirinya kepada manusia lain karena di sisi Allah Zat Yang Maha Kaya semua manusia itu dipandangnya sama kecuali yang membedakan hanyalah ketaqwaan dari manusia tersebut. Seperti pada Qur’an surat Al Hujurat Allah Swt berfirman :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”, (QS. Al Hujurat / 39 : 13)
Jika manusia mau menyadari dan mengkaji lebih mendalam, akan diketahuinyalah bahwa tidak ada satupun alasan yang bisa dijadikan untuk menyombongkan diri. Keturunan yang dimiliki hanyalah untuk sesaat saja karena bila ajal menjemput semuanya akan kembali ke hadirat Allah Swt. Tidak seorangpun yang dapat menghalangi malaika maut “Israil” pada saat ia tiba untuk mencabut nyawa manusia. Bentuk rupa yang pada awalnya gagah dan cantik tidak akan bisa bertahan selamanya karena bila masa tua tiba semua akan berangsur menjadi keriput, dan tidak satupun pula alat yang dapat mempertahankan kecantikan dan kegagahan itu seperti kala muda belia.
Demikian juga dengan harta. Harta yang banyak berupa emas, perak, sawah ladang, tanaman, hewan ternak dan sebagainya tidak dapat dijadikan alasan untuk menyombongkan diri. Dalam sekejap mata Allah Swt bisa melenyapkan semuanya bila Allah Swt mau melakukannya. Telah terdapat contoh, sebagaimana Qarun yang menyombongkan diri, sehingga hartanya dibenamkan oleh Allah Swt ke dalam perut bumi.
Seperti pada Qur’an surat al Qashash ayat ke 78 dikisahkan :
“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka”, (QS. Al Qashash / 28 : 78)
Sehingga akibat dari perbuatan Qarun tersebut Allah Swt memberikan hukuman, sebagaimana firman Nya :
“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)”, (QS. Al Qashash / 28 : 81)
Demikian juga Allah Swt menggambarkan kisah sahabat Qarun yaitu Fir’aun dan Haman seperti pada firman Nya :
“Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. akan tetapi mereka Berlaku sombong di (muka) bumi, dan Tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)”, (QS. Al Ankabut / 29 : 39)
Demikianlah Al Qur’an memberi gambaran beberapa tipikal manusia yang akhirnya diberi azab oleh Allah Swt. Sifat manusia yang menyombongkan diri sungguh amat tidak disenangi oleh Allah Swt. Ia tidak senang dengan orang yang berjalan di muka bumi ini dengan perasaan angkuh. Seperti firman Nya :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”, (QS. Luqman /31: 18)
Dengan demikian wahai saudaraku, mari dengan usaha maksimal kita jauhi sifat sombong dalam hidup ini, karena orang sombong adalah temanya syetan. Sifat tawadhu’ atau rendah hati adalah pilihan terbaik hendaknya dalam hidup kita. Rendah hati adalah sifat utama sebagai ciri dari “Ibadur Rahman”, atau Hamba Yang Maha Penyayang. Seperti dalam surat Al Furqan Allah Swt berfirman :
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (QS Al Furqan /25 : 63)
Jadilah seorang hamba yang mendapat pengakuan sebagai hamba dari Allah Swt. Tidak pantas jika kita mengaku sebagai Hamba Allah namun kita tidak melakukan apa-apa yang disuruh oleh Allah Swt dan tidak menghentikan apa-apa yang dilarang oleh Allah Swt. Semua yang disuruh dan dilarang sudah ditentukan di dalam al Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad Saw. Apa lagi alasan bagi kita untuk tidak mempelajari dan memahaminya ?
Wallahu a’lam bishshawwab…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar